Monday 23 June 2008

Mempertanyakan keputusan Gubernur
Semoga Pak Gubernur membacanya




Suatu hari aku membaca tulisan di koran Padang Ekspres yang ditulis oleh Sutan Zaili Asril yang tak lain adalah pemimpin umum di koran milik group Jawa Pos itu.

Sebenarnya aku tidak mau membaca tulisan Zaili, karena memang dari awal sudah sangat susah dimengerti, juga terasa menyebalkan membaca tulisan ornag satu ini. Dia adalah seorang yang aneh dan tidak percaya diri, atau bahkan cenderung menganggap orang tidak semampu dia dalam membaca atau menganalisa sebuah tulisan.

Dalam tulisan rutinnya Zaili mengaku sebagai wartawan senior dan sangat memiliki integritas moral, serta sangat pulalah memiliki kemampuan dalam hal manajerial.

Itu sebabnya dia kemudian diminta (tulis Zaili sendiri dalam kolomnya) menjadi komisaris di PD Grafika Sumbar. Bagi saya tidak soal Zaili jadi komisaris PD Grafika atau perusahaan apa saja. Tokh dia memang memiliki latar belakang bekerja sebagai manajer di perusahaan besar. Namun yang jadi pertanyaan dan sedikit membuat saya tidak habis pikir adalah kenapa Zaili yang wartawan dan seorang Top Leader di media ini yang jadi komisaris di perusahaan milik pemerintah daerah.
Saya mencoba terus mencari-cari alasan Pemerintah Propinsi Sumatera Barat untuk mengangkat Zaili atau seperti info yang masuk ke telinga saya tentang adanya beberapa nama wartawan senior lain yang saat ini sudah menjadi top leader di media Padang yang juga beroleh jabatan sebagai komisaris di perusahaan daerah.

Secara kemampuan, saya tidak meragukan Zaili, seperti yang tadi saya tulis, dia pernah menjadi eksekutif di Bakrie (seperti pengakuannya) dan perusahaan besar lainnya. Namun dalam hal Zaili sebagai pemimpin umum media yang sudah jelas dan tentu bisa menghitam-putihkan sebuah media apakah pantas atau etis mengangkat Zaili menjadi bagian dari pemerintah daerah.
Zaili sendiri mempertanyakan pada dirinya, apakah dia akan mampu menjaga sikap kritisnya terhadap pemda yang selama ini tidak mampu memperlihatkan kemajuan dalam berbagai hal.
Sama seperti Zaili, saya juga meragukan apakah dia mampu menjaga obyektifitasnya sebagai jurnalis yang harus menjaga hati nurani agar tidak menjadi penjaga jalannya pemerintahan.
Wartawan bagi saya yang pernah sesaat menjadi bagian dari profesi itu adalah penjaga hati nurani, dan selalu harus berada dalam posisi yang netral dan tidak memihak. Wartawan professional juga tidak diizinkan untuk memihak atau menerima atau juga menjadi bagian dari pemerintahan.

Saya membayangkan betapa sulitnya nanti seorang Sutan Zaili Asril yang sudah sangat senior, memiliki intergritas dan selalu menjaga sikap kritis (seperti dalam tulisannya) menjaga obyektifitasnya jika di dalam perusahaan Grafika itu nanti terjadi penyimpangan yang harus di publish kepada masyarakat umum.

Bagaimana mungkin Zaili yang komisaris di PD Grafika diizinkan oleh statuta atau anggaran dasar PD Grafika mempublish rahasia perusahaan kepada pers yang mana itu adalah juga Zaili sendiri.

Saya tidak yakin Zaili akan mampu. Jujur saja saya tidak yakin saya meragukannya sekaligus meminta agar Zaili menolak pemberian jabatan itu dengan halus demi kepentingan pers yang sudah lama digelutinya.

Saya hanya anak kecil yang seumuran jagung di dunia pers, namun dengan sangat hormat saya minta kepada Zaili Asril untuk menolak jabatan itu. Meski Zaili menyebutkan bahwa dia tidak digaji sebagai komisaris, itu jelas tidak masuk akal, bagaimana mungkin bekerja sebagai komisaris tapi tidak menerima gaji. Zaili bukanlah malaikat yang matanya tiba tiba menjadi buta dan tidak bisa melihat uang.

Saya hanya ingin wartawan tetap kritis dan mampu menjalankan tugas dengan baik sebagai wartawan. Dan tidak perlu pula rasanya wartawan bekerja rangkap sebagai komisaris sebuah perusahaan daerah, yang jelas dipertanyakan maksud pengangkatan itu.
Melalui tulisan ini saya juga bertanya kepada Gubernur Sumbar, kenapa Zaili yang wartawan yang diangkat menjadi komisaris. Kalau mau juga yang bernama Zaili carilah Zaili yang selama ini bekerja sebagai pegawai atau Zaili yang sudah punya pengalaman sebagai manajer namun bukan wartawan seperti Zaili Asril.

Semoga Pak Gubernur membaca kegelisahan saya.

Salam

No comments:

Post a Comment