Monday 30 June 2008

Kereta listrik yang sumpek dan pengamen yang menenangkan



Ini tentang perjalanan rutin di pagi hari dari UI ke Cikini, dimana sebuah ritual kesibukan dimulai dengan menyembahNya, lalu berjalan ke stasiun kereta untuk memenangkan perebutan kekuasaan atas tempat duduk di kereta yang sarat dengan bau pete dan tai ayam.

Dan seperti yang sudah ditebak, aku memang selalu dapat dikalahkan dengan mudah oleh para penguasa kereta itu. Memang begitulah hal yang lazim di kalangan kami manusia berkasta sudra ini. Pagi naik kereta yang sudah layak dan amat sangat pantas disebut tidak layak untuk manusia, lalu berebut kekuasaan meski hanya untuk se inchi tempat kaki agar bisa terus menyambung hidup dengan bekerja sebagai buruh tertindas di hiruk pikuknya kapitalisasi atas nama pembangunan.

Aku baru mendapatkan kemenangan atas tempat duduk atau sedikit kelegaan ketika kereta bau itu sudah merambat pelan meninggalkan stasiun Cawang. Di stasiun ini, kelas pekerja dari berbagai sudut kota bergegas meninggalkan stasiun lalu menuju lokasi ritual hariannya.

Biasanya di stasiun ini mulai masuk barisan penjual suara. Mereka juga beragam ternyata, ada yang bermodal lengkap, namun tak jarang yang hanya bermodal suara parau. Berani taruhan, produser rekaman kelas kambingpun tidak akan meliriknya untuk diajak ke dapur rekaman.

Namun kali ini, aku cukup beruntung, sekelompok anak muda (sedikit kumal) naik ke gerbong, mereka membawa sebuah bas celo, sebuah biola dan tentu saja pakai penggeseknya, lalu dua gitar akustik berkasta lebih rendah dari gitar murahan sekalipun. Berbasa basi, seperti layaknya kebiasaan pengamen, satu diantara mereka mulai menggesek biola.

Dan ajaib, gesekan itu langsung membawaku terbang. Pengamen itu tanpa suara yang keluar dari mulutnya mampu memainkan alunan lembut lagu lagu yang menjadi soundtrack sinema sabun winter sonata dan lagu khas jepang lainnya.

Dan sejenak bisa mengurungkan niatku untuk mencaci maki pengurus negeri ini yang membersihkan kereta hadiah dari Jepang saja tidak mampu apalagi membuatnya.
 

Friday 27 June 2008

Doa...



Semoga Allah SWT, menghukum kalian yang telah memporakporandakan bangunan kami, percayalah Allah tidak akan sia sia dan tidak akan membiarkan perbuatan kalian kepada kami..

Amiin..

Thursday 26 June 2008

Begitulah Bung
(jawaban untuk Khusairi)



Begitulah Bung…
sebagai manusia yang pernah berkecimpung di dunia wartawan selama hampir sebelas tahun, aku merasakan ada yang lain hari ini. Mungkin sudah lama hal ini terjadi, namun kenapa ketika kita semua menyorakkan tentang profesionalisme dan keteguhan hati untuk menyuarakan kepentingan umum kita kemudian dibenturkan dengan pemerintah.

Aku sedih bung…sungguh sedih, aku bukan mengada ada dengan kesedihan ini. Tadinya aku berpikir ketika kita jadi wartawan kita semua berkiblat pada satu titik yaitu idealisme. Namun ketika aku melihat semua pertunjukan itu, aku jadi bingung, apakah kita memiliki idealisme itu atau hanya sekedar kredo usang yang tidak perlu kita patuhi.

Bagiku bung..tidak soal kalau Gubernur benar benar mau mengangkat Zaili menjadi komisaris di Grafika, atau KJ di Dinamika…sungguh bung, tidak soal btul kalau itu, Cuma yang aku perkarakan saat ini adalah keduanya adalah wartawan.

KJ dan Zaili kini aktif di medianya menjadi pemimpin redaksi dan pemimpin umum. Ingat bung, kalau dulu thn 2003 Mufthi Syarfie jadi Ketua KPU, setelah itu dia mundur dari Haluan dan tidak lagi menulis berita meski kesibukan di KPU sudah berkurang dia tetap tidak masuk ke Haluan, namun dua ornag ini jelas berbeda.

Bung khan tahu bagaimana posisi Zaili di Padang Ekspres, lalu bagaimana KJ di Singgalang. Kedua orang ini bisa menghitam atau memutihkan Koran itu. Apa kata Zaili itu jua kata anak buahnya, dan begitu pula dengan KJ, A katanya, maka A juga kata reporternya.
Kita saat ini berada dalam sebuah keniscayaan menuju kegelapan Sumatera Barat dan Minang khususnya. Harga diri kita sebagai orang Minang saat ini dipertaruhkan di pentas republik ini. Dan di tangan Gamawan–lah semua itu tertumpang. Apa yang diperbuatnya itu akan menjadi acuan bagi orang untuk menilai Sumbar dan Minang.

Atau Gamawan tidak tahu kalau posisi Zaili dan KJ itu, rasanya tidak mungkin Bung. Bergelanggang mata kita melihat Zaili itu wara wiri di tulisannya dengan segudang maaf bung sekomplek jabatannya. Mulai dari katanya ketua yayasan, direktur sana dan itu, sampai komisaris ini dan anu.

Kalau bung sempat bertemu pak Gubernur katakana ini padanya, jangan di adu domba wartawan. Ini penilaianku pribadi bung. Sepertinya kita (insan pers) dibenturkan dengan sesama kita dan kita tidak tahu itu. Atau kita mungkinkah kita pura pura tidak menyadarinya seperti yang sudah sudah kita alami.

Monday 23 June 2008

Mempertanyakan keputusan Gubernur
Semoga Pak Gubernur membacanya




Suatu hari aku membaca tulisan di koran Padang Ekspres yang ditulis oleh Sutan Zaili Asril yang tak lain adalah pemimpin umum di koran milik group Jawa Pos itu.

Sebenarnya aku tidak mau membaca tulisan Zaili, karena memang dari awal sudah sangat susah dimengerti, juga terasa menyebalkan membaca tulisan ornag satu ini. Dia adalah seorang yang aneh dan tidak percaya diri, atau bahkan cenderung menganggap orang tidak semampu dia dalam membaca atau menganalisa sebuah tulisan.

Dalam tulisan rutinnya Zaili mengaku sebagai wartawan senior dan sangat memiliki integritas moral, serta sangat pulalah memiliki kemampuan dalam hal manajerial.

Itu sebabnya dia kemudian diminta (tulis Zaili sendiri dalam kolomnya) menjadi komisaris di PD Grafika Sumbar. Bagi saya tidak soal Zaili jadi komisaris PD Grafika atau perusahaan apa saja. Tokh dia memang memiliki latar belakang bekerja sebagai manajer di perusahaan besar. Namun yang jadi pertanyaan dan sedikit membuat saya tidak habis pikir adalah kenapa Zaili yang wartawan dan seorang Top Leader di media ini yang jadi komisaris di perusahaan milik pemerintah daerah.
Saya mencoba terus mencari-cari alasan Pemerintah Propinsi Sumatera Barat untuk mengangkat Zaili atau seperti info yang masuk ke telinga saya tentang adanya beberapa nama wartawan senior lain yang saat ini sudah menjadi top leader di media Padang yang juga beroleh jabatan sebagai komisaris di perusahaan daerah.

Secara kemampuan, saya tidak meragukan Zaili, seperti yang tadi saya tulis, dia pernah menjadi eksekutif di Bakrie (seperti pengakuannya) dan perusahaan besar lainnya. Namun dalam hal Zaili sebagai pemimpin umum media yang sudah jelas dan tentu bisa menghitam-putihkan sebuah media apakah pantas atau etis mengangkat Zaili menjadi bagian dari pemerintah daerah.
Zaili sendiri mempertanyakan pada dirinya, apakah dia akan mampu menjaga sikap kritisnya terhadap pemda yang selama ini tidak mampu memperlihatkan kemajuan dalam berbagai hal.
Sama seperti Zaili, saya juga meragukan apakah dia mampu menjaga obyektifitasnya sebagai jurnalis yang harus menjaga hati nurani agar tidak menjadi penjaga jalannya pemerintahan.
Wartawan bagi saya yang pernah sesaat menjadi bagian dari profesi itu adalah penjaga hati nurani, dan selalu harus berada dalam posisi yang netral dan tidak memihak. Wartawan professional juga tidak diizinkan untuk memihak atau menerima atau juga menjadi bagian dari pemerintahan.

Saya membayangkan betapa sulitnya nanti seorang Sutan Zaili Asril yang sudah sangat senior, memiliki intergritas dan selalu menjaga sikap kritis (seperti dalam tulisannya) menjaga obyektifitasnya jika di dalam perusahaan Grafika itu nanti terjadi penyimpangan yang harus di publish kepada masyarakat umum.

Bagaimana mungkin Zaili yang komisaris di PD Grafika diizinkan oleh statuta atau anggaran dasar PD Grafika mempublish rahasia perusahaan kepada pers yang mana itu adalah juga Zaili sendiri.

Saya tidak yakin Zaili akan mampu. Jujur saja saya tidak yakin saya meragukannya sekaligus meminta agar Zaili menolak pemberian jabatan itu dengan halus demi kepentingan pers yang sudah lama digelutinya.

Saya hanya anak kecil yang seumuran jagung di dunia pers, namun dengan sangat hormat saya minta kepada Zaili Asril untuk menolak jabatan itu. Meski Zaili menyebutkan bahwa dia tidak digaji sebagai komisaris, itu jelas tidak masuk akal, bagaimana mungkin bekerja sebagai komisaris tapi tidak menerima gaji. Zaili bukanlah malaikat yang matanya tiba tiba menjadi buta dan tidak bisa melihat uang.

Saya hanya ingin wartawan tetap kritis dan mampu menjalankan tugas dengan baik sebagai wartawan. Dan tidak perlu pula rasanya wartawan bekerja rangkap sebagai komisaris sebuah perusahaan daerah, yang jelas dipertanyakan maksud pengangkatan itu.
Melalui tulisan ini saya juga bertanya kepada Gubernur Sumbar, kenapa Zaili yang wartawan yang diangkat menjadi komisaris. Kalau mau juga yang bernama Zaili carilah Zaili yang selama ini bekerja sebagai pegawai atau Zaili yang sudah punya pengalaman sebagai manajer namun bukan wartawan seperti Zaili Asril.

Semoga Pak Gubernur membaca kegelisahan saya.

Salam

Monday 16 June 2008

Berhenti atau terus berlari.......

ada dua pilihan saat ini, terus berlari atau berhenti sama sekali.

Saturday 14 June 2008

BOBY LUKMAN SUARDI PILIANG

Tanggal semakin dekat, ini hari sudah tanggal 14 Juni. Ah tidak lama lagi. Hari bersejarah itu segera datang. Hari Rabu tertera angka 18 di bulan Juni. Aku selalu mengingat tanggal ini setiap tahunnya sejak diberitahu ibu di tahun 1982 lalu, kalau aku dilahirkan pada tanggal ini tahun tahun sebelumnya.

Selama hampir tujuh tahun aku tidak tahu apa arti tanggal 18 Juni, baru pada umur ketujuh setelah kelas dua SD dikampung aku diberitahu ibu kalau aku dilahirkan di rumah, dekat ruang tengah (saat ini sudah menjadi tempat lemari) pada Jumat jam 10 pagi.

Di almanak kecil yang kubuat sendiri memang angka 18 di bulan Juni aku sengajakan menulisnya dalam beraneka warna merah dan dibawah semua angka angka tanggal itu tertulis kalimat dengan huruf kecil yang menegaskan aku dilahirkan pada tanggal warna warni itu. Ingatanku terlalu dan selalu terpusat pada tanggal itu pada tahun 1990 lalu. Itu malam dimana untuk pertama kali Ibu mengajak aku sekaligus menemaninya keluar rumah untuk membeli roti cane dan beberapa butir telur di warung. Selama ini, ibu tidak pernah mengajak anak anaknya ke warung, namun pada saat itu aku mendapat kehormatan diajak serta sekaligus membeli beberapa potong roti cane di restoran Kubang dekat rumah.

Siapa yang tidak senang, makan roti cane. Ah ibu memang pintar membuat anaknya bahagia meski dengan segala keterbatasannya. Tadinya aku berpikir ini mungkin saja ini sebuah awal dari sebuah peristiwa besar. Dan memang, itu adalah hari dimana aku diajak ibu membicarakan hal yang sangat penting dalam hidupnya dan juga dalam hidup anak lelaki pertamanya.

Aku mendengar kata kata itu, aku merasa jadi bingung dan heran. Ada apa ? dan kenapa harus aku menerima kalimat itu ?. Perasaan bingung, sedih, terkejut dan entah apa lagi yang menumpuk di dada hanyalah efek domino dari kalimat ibu yang kian malam kian jelas terdengar. Sejak itu aku jadi kurang fokus, kreatifitas terpuruk, gairah belajar melemah dan semuanya berujung pada ketidakpastian yang kian meraja.

Aku tidak akan lupa hari itu, malam itu dan tanggal itu. Aku mendapat sebuah kehormatan dari ibu dan mendapat sebuah kalimat yang hingga kini tidak akan aku lupakan. Semoga saja aku mendapat kebaikan. Kini menjelang usia yang kian menua, aku harus terus mencari arah agar tercipta kesinambungan antara hati, jiwa dan pikiran dengan raga, alam dan keseharian. Aku harus mampu merubah "keseimbangan" yang timpang ini menjadi sebuah keseimbangan yang sebenar-benarnya. Untungnya, kondisi seperti ini tidak lama terjadi dan kusadari.

Aku harus mempercepat sebuah proses perubahan dari yang tidak wajar menjadi wajar dan terkendali. Dari yang semrawut menjadi tertata, agar tidak makin mengancam eksistensi. Sebuah proses yang membuat pribadi kian dekat dengan alam dan pencipta, hingga aku makin mudah menerjemahkan diri dan alam kedalam satu kesatuan yang padu, jelas, nyata dan terarah menuju beratnya masa depan.

Aku menuju usia 32, sebuah angka usia yang harusnya kian membuatku merunduk dalam dalam dan kemudian bersujud mendekatkan diri kepadaNya. Semoga.
Hujan....

Maafkan aku...aku menangis sebentar..mudah mudahan hujan segera berhenti...

Thursday 12 June 2008

Enam...

Ini adalah enam hari menjelang usia 32 tahun...tidak ada perubahan, selalu begitu...mencari dan terus mencari..,

mudah mudahan segera ditemukan

Wednesday 11 June 2008

Tujuh Hari menuju usia 32 tahun

Apa arti usia kepala tiga bagi seorang pria, ? sungguh sebuah kejutan ketika aku masih diberi berkahNya untuk menikmati usia hingga hari ini.

Aku lahir tepat pukul 10.30 pagi di hari Jumat, dalam keadaan sunsang, tidak dirumah sakit, anak pertama laki laki, digendong buai sayang. Aku merasakan kehidupan yang beragam dari usia itu hingga hari ini. Ada suka, ada tawa, ada kesenangan, ada air mata bahkan kepahitan hidup.

Aku lelaki yang akan memasuki usia penting dalam hidupku. Sekrang Boby, atau tidak sama sekali.


Melangkah ke depan Bob..

Tuesday 10 June 2008

“Sepuluh Nabi Tak Apa, Asalkan...”Mereka tidak boleh menyampaikan Ahmad Ghulam sebagai nabi.

Jaksa Agung, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) mengenai Ahmadiyah yang kontroversial. Isinya, pemerintah melarang kegiatan Ahmadiyah. SKB itu juga meminta masyarakat di luar Ahmadiyah menjaga kerukunan antarumat beragama dengan tidak melakukan perbuatan melawan hukum. "Mereka tidak boleh menyampaikan Ahmad Ghulam sebagai nabi," kata Menteri Agama Maftuh Basyuni kepada Aqida Swamurti dari Tempo kemarin. Berikut ini petikan wawancaranya.

Mengapa pemerintah lama mengeluarkan keputusan soal SKB?

Kami tidak mau gegabah. Keputusan sudah dipikirkan secara komprehensif, tidak bisa diambil kalau salah satu tidak hadir. Kemarin saya juga di luar negeri. Kami memang berhati-hati. Ada yang minta dibubarkan, ada yang minta dipertahankan. Ada pula yang minta pemerintah tidak usah mencampuri. Tapi yang menjadi korban kan rakyat.

Apa tujuan penerbitan SKB?

SKB itu memberikan perintah dan peringatan agar anggota Ahmadiyah dan seluruh masyarakat tidak melakukan penodaan agama. Saya memerintahkan Anda, kan tidak berarti saya harus nongkrongin Anda agar tidak berbuat.

Apa esensi dari penerbitan SKB itu?

Diminta bertobat dan melepaskan pengakuannya.

Ahmadiyah kan ada dua?

Ahmadiyah Qodian dan Lahore. Qodian mempercayai Ahmad Mirza Ghulam sebagai nabi setelah Nabi Muhammad. Lahore tidak. Artinya, kalau Ahmadiyah Qodian persis seperti Ahmadiyah Lahore, selesai sudah (ribut-ribut).

Ajaran mana yang dianggap penodaan?

Jika jemaah Ahmadiyah mengaku orang Islam, harus meninggalkan pengakuan (soal adanya) nabi dan ajarannya setelah Nabi Muhammad SAW. Artinya, kami melihat selama ini Ahmadiyah, selain mempercayai Nabi Muhammad, juga orang lain sebagai nabi. Ini harus ditinggalkan. Kalau tidak mau, ada sanksi dari Kepolisian.

Ajaran mana yang masih boleh?

Ahmadiyah minus ajaran Ahmad Ghulam. Semua ajarannya sama. Islam mainstream hanya percaya Allah sebagai tuhan, Al-Quran sebagai kitab suci, dan Muhammad sebagai nabi terakhir. Mereka (Ahmadiyah) menambah nabi dan kitab suci lain. Kalau mereka meninggalkan kepercayaannya itu, selesai, tidak usah digebuki. (Tersenyum.)
Mempercayai nabi selain Muhammad membuat gelisah orang. Wong kita (umat Islam) disuruh hanya percaya Nabi Muhammad, kok dia mempercayai orang lain. Ini sangat menentukan.

Keyakinan kan tidak bisa dipaksakan?

Jangan salah tangkap. Keyakinan itu betul tidak bisa dipaksakan dan dilindungi undang-undang. Kalau mengaku orang Islam, (penganut Qodian) harus meninggalkan ajaran. Kalau tidak meninggalkan, berarti tidak serius mengatakan Islam.

Setelah SKB ini, jemaah Ahmadiyah dilarang berbuat apa?

Tidak boleh lagi menyampaikan Mirza Ghulam sebagai nabi setelah Muhammad. Sama sekali tidak boleh. Terlebih lagi menyiarkan kepada orang lain. Terserah saja, punya nabi sepuluh juga tidak apa-apa selama tidak menyiarkan, mengajak-ajak.

Kalau mendirikan organisasi?

Lebih-lebih lagi tidak boleh.

Bagaimana pemerintah mengawasinya?

Tidak usah diawasi. Otomatis saja. Seperti masjid yang digunakan secara eksklusif, itu tidak dibenarkan. Orang lain boleh masuk dan menjadi imam, makmum, yang selama ini tidak bisa dilakukan.

Sampai kapan ketentuan itu berlaku?

Terus-menerus, sampai mati, tidak ada batas waktu.

Adakah pembinaan?

Iya. Bentuknya macam-macam. Sekarang sedang kami sosialisasikan. Pembinaan bisa lewat televisi atau pergaulan. Jadi tidak semata-mata dikumpulkan dan diberi kursus. Pemerintah pusat, daerah, bupati bisa menyuruh para ulama dan tokoh.

Kalau setelah peringatan itu, mereka tak mengindahkan?

Mau tidak mau akan ada tahap kedua. SKB ini baru tahap pertama, memperingatkan dan memerintahkan. Kalau tidak mempan, ketiga menteri bisa merekomendasikan kepada presiden untuk membubarkan. Mudah-mudahan sekarang ini tahap terakhir.

Kapan tahap terakhir diputuskan?

Saya hanya mengatakan kalau mereka sampai melakukan perlawanan. Kan yang penting masyarakat dijaga ketenangannya.

Bukankah SKB ini akan semakin memicu kontroversi?

Nyatanya sekarang tidak, lebih adem, sejuk, dibanding kemarin. Kalau memang terjadi sesuatu di masyarakat, kami jelaskan.

Adakah jaminan keamanan bagi warga Ahmadiyah?

Iya. Mereka, warga negara, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan tidak baik. Ada di poin nomor 5 SKB.

Dari koran tempo.

Monday 9 June 2008

Akhirnya....

Akhirnya bisa juga menuntaskan hasrat yang satu ini...terima kasih

Saturday 7 June 2008

Kantong Kresek...

Jika kita boleh mengibaratkan kehidupan, mungkin aku sepakat dengan seorang teman yang mengatakan bahwa hidup tidak ubahnya seperti sebuah kantong kresek. Isinya macam macam, ada sayur, ada beras, ada ikan, ada cabe giling bahkan uang sisa pembelian sesuatu di pasar raya sana.

Begitu kompleksnya isi kantong kresek, namun ia sangatlah berguna dan serba guna. Berbagai inovasi kreatif dibuat oleh anak cucu Adam dengan memodifikasi bentuk, warna, alur lipatan kantong kresek, namun tetap saja tidak mampu merubah fungsi kantong sebagai tempat segala hal.

Seperti kita (baca manusia) diri kita adalah kantong kresek itu. Meski kita merubah tampilan seperti apapun, tetap saja kita adalah tempat membawa segala macam benda.

Seorang kawan pernah mengatakan bahwa hidup harus diatur sedemikian rupa agar dapat berjalan dengan baik. Ingat ini, pikiranku jadi melayang ke bertahun dimasa lalu ketika menemani ibu belanja kebutuhan harian di sebuah pasar tradisional yang tidak jauh dari rumah.

Ibu selalu menempatkan sayur, cabe, ikan, bumbu dan segala sesuatau di dalam kantong dengan teratur. Tidak ada yang salah tempat, ikan selalu beroleh kehormatan berada di bagian atas, sayur selalu di pinggir dalam posisi daun berada di atas, lalu sekalian bumbu berada di bagian bawa serta telur yang harus terpisah dan menjadi raja dijinjing tersendiri. Seringkali aku melihat ibu berhenti sejenak untuk kembali melihat isi kantongnya, mungkin masih ada barang-barang yang belum terbeli padahal sangat dibutuhkan.

Hidup juga begitu. semua harus direncanakan, diatur, dan dievaluasi secara terus menerus. Yang baik kita lanjutkan dan yang buruk musti ditinggalkan. Hal-hal yang memberatkan perjalanan hidup harus kita tinggalkan. Rasanya saatnya bagiku untuk menata ulang kembali hidupku. Momentumnya ada. Aku menjelang detik yang ke 1.009.152.000 dalam hidupku.

Thursday 5 June 2008

My Script...

Kaki yang terus melangkah maju, tak ada kata mundur, Bissmillah sudah diucapkan, Kebesaran namaNya sudah dikumandangkan dan aku akan terus bergerak maju..




Wednesday 4 June 2008

Surat untuk Ibu...

Assalamualaikum Bu..
pa kabar..ibu baik baik aja khan...Bo berdoa untuk Ibu...Bu..bo baca AL Fathehah selalu untuk Ibu setiap selesai Shalat, atau setiap ingat Ibu..Sungguh Bu..Bo selalu doain ibu sehat, sejuk dan nyaman disana...Ibu nanti pulang ya..ceritain ke bo tentang sorga..pasti Ibu betah disana...

Bu...bo nga tau hrus nulis apa...Bo kangen Ibu...nga terasa ya Bu...udah hampir 14 tahun ibu ketempatNya..Ibu Bo kangeeen...sampai sampai setiap kangen Ibu..Bo selalu saja pengen ke makam Ibu...nangis disitu, atau kalau ada hujan Bo selalu aja dilanda kesedihan..

Bu...jangan marah...sampai saat ini Bo masih belum mau nemui Ayah...malas ketemu dia...
Udah ya Bu...Bo doa untuk Ibu...Semoga Ibu dilindungiNya dan dalam berada dalam rahmatNya... Salam untuk Inyik dan Mak Etek dan Nenek...Buyung kecilmu yang ganteng...He he... Assalamualaikum Bu...semoga rahmat dan berkah Allah diberikan kepada Ibu...

Amiiin...

Sembah sujud ananda
Moving Forward

Kenapa aku harus ditanya ada apa dengan organisasi baru itu, tokh aku tidak terlibat didalamnya. Dan kalaupun aku terlibat atau ikut serta menjadi bagiannya, apakah aku salah ?. pertanyaan selanjutnya apa yang aku dapat disini, apa aku bahagia, ini hanya persinggahanku untuk terbang lagi.

Lagipula bagiku pertanyaan itu jelas semakin menampakkan ketidakprofesionalannya. Sebagai "dia" adalah seuatu keharusan baginya untuk berbuat yang terbaik bagi kami disini dan bukan malah lebih banyak meninggalkan pekerjaan pokoknya, atau sibuk untuk suatu hal yang lebih prinadi.

Sesaat lagi, mungkin kita akan berpisah dan tidak ada air mata, tidak ada kata kata.

Monday 2 June 2008

Kalian tahu dan ingin tahu...??


Kalian tahu rasanya diserang rasa berdosa...??
Tunggulah nanti akan kuceritakan, aku sedang berjuang melawannya.
Kita mencatat kenyataan

Pada awalnya Minggu itu aku mau ke Monas, nikmati keberagaman sebentar, lalu berjalan lagi mengitari kota. Namun urung karena ternyata tumpukan film yang kubeli sehari sebelumnya begitu menggoda.

Siangnya buka internet, dan baca berita di detik.com tentang adanya persitiwa itu, aku jadi berpikir, mau dikemanakan kita saat ini. Kenapa kita harus saling mencincang satu sama lainnya.


Soal FPI aku lebih memilih untuk tidak berkomentar seperti kebanyakan orang yang mengatakan apa saja selama ini. Namun aku cenderung untuk berrkata bahwa kita telah salah dalam berbangsa, bermasyarakat dan mentolerir sesama.

FPI,Aliansi Kebangsaan atau apapun namanya organisasi itu, dan siapapun dia jelas tidak punya hak untuk menghakimi orang atas keyakinannya. Keyakinan adalah hak yang hakiki dan tidak pernah bisa/boleh/ untuk dilarang/dihakimi/dibinasakan.

Aku yakin dengan Allah Subhanahuwatalla ku dan aku yakin dengan Muhammad Rasul akhir zaman ku, adalah hak ku dan adalah keinginanku. Negara ini, pemerintah ini atau organiasi yang mengatasnamakan apapun tidak punya hak untuk menghakimiku. Seperti aku juga tidak punya hal untuk menghakimi/menghina/menistakan mereka atas keyakinan mereka.

Kita harus terus belajar menghormati sesama, agar tercipta kedamaian karena Islam sendiri mengajarkan kepada kita untuk menghormati hak orang lain. Rasulrullah-pun sangat menghormati kaum nasrani dalam menjalankan ibadahnya, dan menentang setiap perbuatan yang mengatasnamakan Islam dan Allah untuk membinasakan orang lain.

Tidakkah sakit bagi kita ummat Islam ketika nama Allah Yang Maha Besar kemudian dipakai untuk menghancurkan. Tidakkah perih bagi kita ketika nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang diteriakkan untuk menyakiti raga orang lain.
Anugrah terindah....

Dan kamu adalah alasan utama mengapa aku melakukan ini...Kamu (dengan penegasan) 
Kampung kecilku..(re posting)

Aku rindu kampung keccilku di Pariaman sana, sebuah jorong kecil yang diterletak di seberang sungai, dengan air yang berasal dari puncak gunung Tandikek..sebuah kampung yang nyaman dan jauh dari kebisingan kota..

Dulu waktu kecil aku hidup disitu, menikmati masa kecil dalam asuhan nenek yang sangat disiplin termasuk dalam urusan keuangan. Menikmati mandi pagi dan sore di sungai yang kami bisa melihat batu-batu didasarnya, terjun dari atas bukit dan menyelam sambil mencari udang atau ikan mungkuih khas dari sungai itu setelah lelah bermain bola. Atau menikmati pekerjaan sampingan sebagai pengangkat padi dan batu.

Aku rindu kampungku, karena di Jorong kecil dan indah itu, ada sawah dan ladang kami, dan disana pula Nenek dan Ibuku tidur dalam damainya kasih Yang Maha Kuasa. Akupun mungkin akan seperti ibu, jika ajal menjemput, aku mau ditidurkan disamping ibu dan nenekku. Karena sangat sedikt sekali waktu yang telah kulalui bersama mereka ketika dunia kami sama.

Beberapa waktu lalu sebelum kembali ke kota ini, aku menyempatkan diri menemui Ibu dan Nenek, meminta doa restunya, memohon maafnya, agar aku tidak tersesat dalam kegelapan di perantauan. Aku rindu kampungku, aku rindu rumahku di sebuah desa kecil dengan sungai jernih yang mengalir deras di depan halamannya..

Sunday 1 June 2008

Tunggu aku kawan...

Tribute to Hendri Gusvira


Suatu saat nanti kita akan bersama sama meruntuhkan tembok kesombongan yang dibangun oleh orang-orang tua itu.

Dan suatu saat nanti kita akan bersama sama membangun kampung kita, menjadikannya dipandang dan bermartabat..

Tunggu aku...tidak lama lagi aku akan tiba