Tuesday 3 December 2013

Senyum itu Sedeqah

Ketika membaca Al Qur’an dan sampai Surat Al Baqarah ayat 245 tentang sedeqah dan jaminan yang Allah janjikan pada orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah pada ayat 261. Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi orang-orang yang mengeluarkan hartanya untuk Allah dan bahkan setiap harta yang dikeluarkan seperti sebulir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Jika dihitung secara matematis jaminan yang Allah beri mencapai 700 kali lipat. Misal jika kita mengeluarkan sedeqah sebesar Rp.100.000, PASTI akan dilipatgandakan mencapai Rp.70.000.000 namun syarat dan ketentuan berlaku. Itu jika kita sedeqah berupa harta. Namun konsepsi sedeqah bukan hanya masalah harta, ada aspek lain dalam Al baqarah ayat 263 tentang berkata yang baik dan memaafkan justru lebih baik dibanding sedeqah namun menyakiti hati seseorang.

Berkata yang baik-baik termasuk di dalamnya senyum dan bisa membahagiakan orang lain itu sudah cukup untuk membahagiakan orang lain. Bahkan jika seseorang merasa nyaman dan tenang ketika berada disamping kita hal itu juga bagian dari sedeqah. Cakupan sedeqah diperluas, bukan hanya harta saja akan tetapi dengan menampakkan keindahan akhlak yang terpancar dari tulusnya senyuman, perkataan yang baik dan kedamaian ketika berada bersama orang-orang yang kita cintai merupakan bagian dari sedeqah. Tersenyum dengan tulus bukan hal yang sulit untuk sebagian orang yang terbiasa bertegur sapa dan berkata yang baik karna hal itu sudah menjadi habit sehingga tidak canggung, namun akan menjadi sulit dan kesannya tidak tulus bagi seseorang yang tidak terbiasa tegur sapa. Hal yang sangat sederhana namun setiap orang sering melupakannya. Padahal faedah tersenyum secara psikologis dapat membuat orang bahagia dan secara anatomis dapat meningkatkan kontraksi atau gerak otot-otot sekitar wajah sehingga menjadi awet muda menurut sebagian orang. Rasulullah saw selalu mengajarkan kita tentang senyum, seperti hadist yang di riwayatkan oleh Abu Dzar Al Ghifari “Jangan sekali kali engkau meremehkan perbuatan baik sekecil apapun meskipun perbuatan itu berupa engkau menemui saudaramu dengan wajah yang ceria (HR Muslim). Rasulullah saw sendiri selalu menebar senyum dan tidak pernah marah, beliau hanya bermuka masam sehingga Allah tegur melalui Surat Abasa ayat 1-8. Senyum selalu identik dengan salam dan sapa. Jika sudah tersenyum membiasakan mengucapkan salam dan sapalah teman kita agar ukhuwah bisa terbina dan saling mengingkatkan dalam kebaikan. Kebaikan apapun yang kita lakukan niscaya akan mendapatkan pahala disisi Allah. Walaupun sekedar menanyakan kabar dan memberikan perhatian sudah cukup untuk menguatkan tali silaturahim dengan sesama.

Jaminan yang Allah janjikan pada orang-orang yang sedeqah selain dilapangkan dan dilipatgandakan rizkinya, akan dipanjangkan umurnya, dijauhkan dari bala dan lain sebagainya. Pun demikian dengan senyum, secara tidak sadar Allah sudah berikan jaminan-jaminan itu namun terkadang kita melupakan bahwa apapun kebaikan yang kita dapat sekarang adalah hasil dari benih kebaikan yang kita tanam di waktu yang lampau. Jika saat ini kita banyak mendapatkan teman, disayangi oleh sesama, didoakan oleh banyak orang itu semua adalah dampak dari perbuatan baik yang kita semai walaupun itu hanya seuntai senyum. Kunci dari semuanya adalah tetap istiqomah menebar kebaikan, tawaddu dengan keadaan dan bersabar menunggu janji Allah hingga Allah ridho dengan segala doa dan ikhtiar kita. Berdoa yang khusyuk dan ikhtiar yang sempurna, dan menyerahkan segala sesuatunya hanya untuk Allah semata tetap khusnudzon dengan rencana Nya adalah bagian dari bentuk keyakinan kita kepada Allah. Mulai senyum dari hal yang paling kecil, paling sederhana dan dimulai saat ini juga.  

No comments:

Post a Comment