Tuesday 3 December 2013

Extraordinary Medical Students

Menjadi mahasiswa merupakan proses pematangan jadi diri dari siswa ke peran yang lebih besar lagi menjadi mahasiswa. Awalan kata “maha” merupakan amanah yang besar yang harus dapat dijalankan oleh seorang mahasiswa untuk dapat melakukan perubahan sebagai agent of change. Proses transformasi tersebut menuntut seseorang harus dapat memperbaiki diri dan menata diri untuk dapat mempersiapkan hari esok agar lebih baik. Proses itu dimulai dari proses pembentukan jati diri dan pematangan diri dalam lingkaran pemikiran yang konstruktif. Proses pematangan itu hanya terjadi dalam lingkungan kampus untuk mencetak agent of change.
Dalam dinamika pergerakan kampus kedokteran, terdapat penambahan agar seorang mahasiswa menjadi the real students. Selain agent of change juga terdapat agent of development dan agent of treatment. Kompleksnya permasalahan sosial dalam masyarakat menuntut mahasiswa harus berfikir progresif dan inovatis serta selalu saja mengembangkan kreativitas menuju insane ulil albab yang memiliki dedikasi dan semangat juang yang tinggi.
Mahasiswa kedokteran sebagai pembentuk leader opinion dan sebagai iron stockdalam mampu memberikan solusi atas permasalahan dalam segala bidang khususnya dalam bidang kesehatan. Mahasiswa sebagai iron stock artinya mahasiswa kedokteran harus memiliki visi tangguh dan misi yang kokoh untuk dapat menegakkan nilai-nilai dasar perjuangan. Five stars doctor plus, sebagai bagian penting dalam mencetak dokter muslim yang berlandaskan imtak dan iptek. Integrasi nilai-nilai keislaman dalam praktek kehidupan sehari-hari merupakan cerminan Insan kedokteran ulil albab.
Dewasa ini, nilai-nilai prefesionalisme, kepemimpinan dan keislaman tergerus oleh arus modernitas yang semakin membawa mahasiswa ke jurang hedonisme. Ada sesuatu yang salah jika hedonism masuk dan merasuk dalam pikiran mahasiswa kedokteran khususnya. Ada sesuatu yang harus dikoreksi dari sistem tersebut agar arus modernitas dan globalisasi tidak menyeret mahasiswa kedokteran ke dalam jurang kehancuran. Amanah sebagai dokter dapat luntur jika permasalahan ini dibiarkan begitu saja tanpa ada kesadaran diri untuk selalu memperbaikinya. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang dapat mengoreksi dan memperbaiki sistem tersebut agar kedepannya mahasiswa kedokteran bukan hanya menjadi mahasiswa yang statif dan pasif. Akan tetapi menjadi the real student yang siap sebagai agent of change, agent of development dan agent of treatment.
               
                Untuk dapat mewujudkan itu semua diperlukan konsep how to be extraordinary medical students. Konsep mahasiswa kedokteran yang memiliki intelektualitas dan keislaman dalam menegakkan panji-panji pergerakan. Extraordinary medical student harus sejalan dan sevisi dengan semangat berorganisasi yang baik dan santun dalam dinamika pergerakan lembaga mahasiswa kedokteran khususnya. Menjadi mahasiswa yang extraordinary bukan hal yang sulit untuk dilakukan jika memiliki semangat dan komitmen untuk maju. Dalam lingkup mahasiswa kedokteran, hanya beberapa orang saja yang bersedia menjadi aktivis kampus. Peluang ini sebenarnya sangat besar bagi insane kedokteran yang ingin menjadi seorang dokter plus. Seorang dokter bukan hanya mengedepankan aspek intelektualitas saja, akan tetapi juga harus mengedepankan aspek kepemimpinan dan profesionalisme. Aspek-aspek tersebut hanya didapatkan jika mahasiswa mau dan bersedia terjun dalam lingkaran pergerakan dan menjadi pelaku sejarah yang sesungguhnya, bukan hanya menjadi bagian dari sejarah.  Untuk itu, untuk menjadi extraordinary medical student diperlukan beberapa hal sebagai berikut :
  1. Menjunjug tinggi komitmen, konsisten dan continue. Konsep ini dikenal dengan istilah 3C (Comitment, Consistent, Continue). Dalam ranah pergerakan mahasiswa konsep tersebut yang dapat membangun semangat berorganisasi dan semangat untuk survive dalam menjalankan amanah yang dilaksanakan dengan sebaikk-baiknya.
  2. Pemikiran yang progresif dan dinamis. Sebagai mahasiswa kedokteran dituntut untuk dapat berfikir cermat dan cerdas untuk dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran yang konstruktif. Mahasiswa kedokteran harus dapat berfikir kreatif dan inovatif mengembangkan gagasan demi gagasan yang dapat membentuk pola pikir yang progresif.
  3. Profesionalisme dan sense of leadership. Sebagai mahasiswa kedokteran harus menjunjung tinggi etika beroganisasi dengan cara mengedepankan aspek profesionalisme diatas kepentingan pribadi ataupun golongan. Aspek profesionalisme inilah yang dapat menumbuh kembangkan trustworthy  diantara anggota. Sense of leadership diperlukan untuk dapat membentuk karakter ketokohan yang dapat menarik massa untuk dapat berperan aktif dalam kegiatan kelembagaan.
  4. Memiliki visi Insan Ulil Albab. Visi insane ulil albab sebagai parameter intelektulitas haru dimiliki oleh mahasiswa kedokteran. Dengan visi ini gambaran dokter muslim yang ideal dapat terbaca jika komitmen visi Insan Ulil Albab dapat terasah secara berkesinambungan. Diperlukan semangat untuk terus menerus memperbaiki diri, meng-up grade ahklaq agar senantiasa tumbuh benih-benih pemimpin yang memiliki visi Insan Ulil Albab.


Berangkat dari penjelasan diatas, diperlukan reorientasi pemikiran kelembagaan agar menjadi mahasiswa kedokteran yang high quality dapat tercapai. Mahasiswa kedokteran harus mampu memberikan kontribusi yang real bagi kelembagaan. Aktif dan progresif dalam mengikuti segala kegiatan kelembagaan agar sustainabilitas kegiatan kelembagaan dapat berlangsung tanpa terputus.
Kelembagaan mahasiswa FK UII sudah berjalan kurang lebih delapan tahun lamanya. Selama delapan tahun inilah, kelembagaan mahasiswa FK UII masih mencari bentuk yang ideal agar mahasiswa mampu dan mau untuk terus melanjutkan tongkat estafet yang sempat terputus. Begitu banyak kegiatan kelembagaan mahasiswa yang siap untuk menjadi kawah candradimuka bagi mahasiswa yang siap untuk mendedikasikan diri bagi kemajuan kelembagaan di FK UII. Sejak tahun 2005, dengan berdirinya DPM dan LEM sebagai wadah representative untuk dapat mewadahi segala aktivitas mahasiswa, ditambah lagi dengan berdirinya CMIA dan TBMM akan semakin mengukuhkan tradisi yanhg sempat hilang. Wadah tersebut merupakan salah satu fasilitas bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan kreativitas dan intelektualitas untuk terus berkarya dan berkarya demi kamajuan lembaga mahasiswa FK UII.
Kedepannya, FK UII memerlukan pengembangan kelembagaan yang lebih baik lagi dari sekarang agar mahasiswa memiliki sense of belonginguntuk memajukan dan meneruskan tongkat estafet yang sempat terputus. Lembaga mahasiswa seperti DPM, LEM, CMIA dan TBMM memerlukan orang-orang yang kuat lagi kokoh untuk menancapkan tiang pondasi kelembagaan yang kuat. Jangan hanya menjadi mahasiswa yang mengenal 3 pintu yaitu pintu kamar mandi, pintu kampus dan pintu kamar. Akan tetapi harus menjadi mahasiswa yang memiliki banyak pintu, ketika satu dipintu dibuka akan menemukan pintu-pintu yang lain yang memiliki tantangan dan harapan yang berbeda. Disanalah letak keistimewaan menjadi seorang aktivis kedokteran yang siap dan rela berkorban untuk kemajuan bersama.
Sudah saatnya berubah, berubah menjadi mahasiswa yang siap pakai untuk terjun ke masyarakat dengan semangat dan tanggung jawab yang prima, bukan menjadi mahasiswa yang hanya duduk manis dibangku kuliah tanpa memiliki keinginan untuk melakukan perubahan. KArena perubahan hanya ada ditangan kita yang ingin berubah. Berubah kearah yang lebih baik menuju insane yang lebih baik. Pintu kelembagaan akan selalu senantiasa terbuka bagi siapa saja yang memiliki keinginan dan hasrat untuk menuangkan ide demi ide yang kreatif. Ingat kawan, perubahan itu tidak akan pernah terjadi jika kita tidak punya keinginan untuk merubah. Revolusi belum usai, jadilah bagian dari sejarah yang mampu menorehkan tintas emas dalam sejarah dan dinamika pergerakan mahasiswa kedokteran Indonesia.

*) Penulis adalah mantan ketua DPM FK UII periode 2006-2008.

No comments:

Post a Comment