Monday 7 February 2011

Hamengkubuwono IX


Oleh : dr. Sani Rachman Soleman
Mungkin bangsa ini lupa bahwa Indonesia pernah memiliki pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Sosok yang terlupakan itu adalah Hamengkubuwono IX. Mencoba untuk menyelami integritas beliau dalam membangun NKRI patut diberikan apresiasi sendiri. HB IX yang dilahirkan dalam darah biru keratin kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat ini merupakan Raja Jawa yang disegani oleh kawan maupun lawan. Darah biru yang mengalir dalam tubuhnya mengokohkan pondasi keIndonesiaan yang jauh lebih besar dibanding ambisi local menjadi penguasa.


HB IX yang dilahirkan dengan naman kecil Dorojatun, sejak kecil oleh HB VIII dititipkan oleh keluarga belanda, oleh keluarga belanda tersebut ia diberi naman Henky. Menurut beliau naman itu diberikan karena terinspirasi oleh pangeran Belanda saat itu, Hendrik. Sejak kecil hingga dewasa, dididik dan dibesarkan dalam lingkungan belanda namun setelah dewasa nilai-nilai kejawen tidak pudar dalam sosoknya yang tegar. Bahkan ketika menggantikan tahta ayahnya HB VIII, ia masih menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dihadapan Belanda khususnya yang ketika itu dipimpin oleh Gubernur Adam.

Nilai-nilai yang perlu digali oleh seorang HB IX adalah pemikiran beliau tentang Indonesia yang sejahtera dan lebih baik. Ketika Belanda memiliki niat buruk untuk memecah kembali kesultanan Jogja dengan membenturkan kepentingan individu dalam keratin HB IX justru mengumpulkan seluruh kerabat keraton dan menawarkan jabatan Sultan HB IX kepada siapapun kerabat yang menginginkan jabatan tersebut. Namun tidak ada satupun kertabat keraton yang menginginkannya. Artinya, sebelum Gubernur Adam menggoyang kerajaan, HB IX justru terlebih dahulu membuat solid internal keraton agar tidak mudah di goyang oleh Belanda.

Tindakan yang paling fenomenal adalah ketika Maklumat HB IX untuk bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), hal ini membuat HB IX menyerahkan kekuasaan wilayahnya yang sangat luas kepada NKRI. Beliau hanya berfikir tentang keutuhan dan kesatuan bangsa yang jauh lebih besar dibanding kepentingan local yang mudah dipecah belah oleh asing. Padahal sebagaimana kita ketahui luas daerah kekuasaan beliau seluruh DIY bahkan sebagian kecil Jawa Tengah. Jika melihat sepintas bahwa beliau cukup berkuasa atas tanah dan segala hasil bumi yang terkandung didalamnuya. Namun menagapa diserahkan seluruhnya kepada Indonesia tanpa kompensasi apapun. Ketika Batavia sebagai ibukota tidak cukup representative menjadi ibukota, Sultan HB IX justru menawarkan Jogjakarta sebagai ibukota sampai Batavia cukup aman dan terkendali. Dan beliaupun sadar dengan segala konsekuensinya ketika sikap tersebut diambil. Bahkan kemungkinan terburuknya Jogja akan hancur lebur remuk redam beliau sudah siap. Bukan hanya itu saja beliau mewakafkan sebagian harta kerajaan untuk gaji pegawai ketika itu secara cuma-cuma tanpa meminta pamrih atas usaha yang beliau lakukan. Beliau pun mewakafkan tanah kerjaan untuk pembangunan UGM. Sebuah jiwa patriotism tinggi yang patut ditiru oleh generasi penerus bangsa Indonesia.

Beliau ngarso ndalem HB IX merupakan birokrat yang paling lama berkecimpung dalam politik Indonesia. Pernah menjadi menteri pertahanan dan sejumlah jabatan penting di Kabinet yang ketika itu dipimpin oleh Soekarno. Hingga jabatan tertinggi yang diemban beliau adalah Wakil Presiden tahun 1973-1978. Beliau juga tidak pernah silau dengan jabatan tersebut, buktinya sesuai dengan ucapan beliau bahwa akan menjadi Wakil Presiden cukup sekali saja terpenuhi. Beliau sebagai seorang raja masih berpegang teguh pada Sabdo Pandito Ratu, sekali bicara pantang menarik kembali. Beliau bukan tipe pemimpin yang haus kekuasaan, namun beliau tipe pemimpin yang mengayomi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan ketika setelah menjadi wakil presiden beliau masih bermanfaat dengan ditunjuk menjadi ketua PSSI dan Gerakan Pramuka. Sebuah prestasi yang pantas tertulis dalam tinta emas perjalanan Bangsa Indonesia hingga detik ini, bahkan pantas bagi beliau di beri anugrah Pahlawan Nasional. Ketulusan perjuangan dan keikhlasan berkorban yang akhirnya mengantarkan beliau syahid di jalan Alloh dan dimakamkan di pemakaman raja jawa di Imogiri, Bantul. Terima kasih Pak Sultan, telah mengajarkan semangat patriotism pada anak bangsa ini..


No comments:

Post a Comment