Friday 5 November 2010

Surat Untuk Rara #2

Ra, lama rasanya tidak menulis tentangmu lagi nak. Kadang aku berpikir untuk apa menulis surat, tokh kau belum bisa membaca. Sehari-hari kulihat kau hanya membalik balik buku cerita bergambar, namun kau pasti tidak tahu apa arti tulisandibawah gambar itu.

Gadis kecilku yang cantik. Waktu terus berjalan nak, kau kian tumbuh besar, makin nakal, makin lincah dan juga makin bisa ndwut. Lucu sekali melihatmu saat ini. Tuhan memberkatimu gadis kecil. Meski kadang nggak tega melihat bundamu mulai kewalahan saat kau berontak dan mengamuk, namun aku membiarkannya karena duniamu adalah kebebasan dan bukan larangan ini/itu yang mengekang semua keinginanmu.

Ra, meski kau tidak bisa membaca, namun aku ingin tetap menulis sesuatu, besar harapanku saat kau bisa membaca nanti, atau saat kau bisa memahami arti kasih sayang, kau akan tahu betapa kasih dan sayang kami tertumpah padamu.

Nak, aku ingin bercerita sesuatu padamu. Mungkin ini lucu bagi sebagian orang, tapi sumpah, ini menakutkan bagiku saat itu dan kalau ku ingat aku jadi merasa berdosa pada nenekmu. Begini sayangku, dulu waktu usiaku masuk lima tahun, ibuku memasukkan aku ke sebuah taman kanak kanak di dekat rumah di Padang. namanya Taman Kanak Kanak Bhayangkari. Sepengetahuanku itu taman kanak kanak yang dikelola oleh istri polisi, entah kalau salah, yang aku tahu sekolah itu berada di komplek asrama polisi dan kebanyakan teman sekolahku bapaknya polisi.

Jujur aku tidak tahu kenapa, nenekmu mempercayakan pendidikan kanak kanak kami ke sekolah itu, padahal nenekmu pegawai negeri, dia guru. Semestinya aku disekolahkan di TK Pertiwi, namun demikian aku tidak pernah protes atas keputusan itu, aku fine fine saja.

Petualanganku dimulai Nak, bertemu banyak teman, tidak hanya Thomas Anderson,Ardian Hamdani, Paul, atau Rony saja, menyebalkan bertemu mereka tiap hari dirumah, di sekolah aku mengenal Miko, Rizky dan banyak lainnya. Tapi Tuhanmemberiku cobaan yang teramat berat.

Dia mempertemukanku dengan Bu Mien. Aku tidak tahu nama Bu Mien, panjangnya apa, entah Mience, entah Sutimin, entahlah, yang aku tahu dia kepala sekolah di TKitu, badanya besar, teramat besar, namun suaranya dan sikapnya pada kami sangat bertolak belakang dengan namanya. Ia sangat lembut dan penyayang.

Bu Mien ke sekolah memakai Vespa Sprint persis seperti punya kakekmu. Untukukuran tahun itu, Vespa adalah kendaraan setara Honda Revo saat ini. Cuma bedanya Vespa lebih serbaguna dan berkapasitas besar. Aku pernah merasakan manfaat Vespa itu, saat Bu Mien dengan nekat mengantar pulang delapan anak anak denganvespanya. Bisa kau bayangkan gadisku, bagaimana vespa sekecil itu mampu membawa delapan anak anak nakal dan sumringah, tapi sungguh Bu Mien manusia yang tangkas dan baik hati.

Nak, jauh di dalam hatiku, aku menyimpan ketakutan yang amat sangat pada Bu Mien. Aku tidak takut dimarahi, karena aku yakin dia tidak pernah marah senakal apapun kami di sekolah, tapi aku takut karena badannya yang besar.

Aku bahkan pernah bersembunyi dibawah tempat tidur nenekmu karena tidak mau berangkat ke sekolah. Karena kalau berangkat ke sekolah, resiko paling tinggi yang akan aku alami adalah "aku akan bertemu Bu Mien".

Kemarin, sesaat setelah sampai lagi di Padang, aku melihat papan nama sekolah itu di jalan raya dekat rumah kita. Ingatanku melayang ke masa lalu, dan tentu saja pada Bu Mien. Demi Tuhan gadis kecil, aku rindu masa masa dulu, tertawa, berlarian naik ayunan, main pelosotan, persis sama yang kau lakukan setiap pagi di TK Pertiwi dekat rumah nenekmu di kampung saat ikut serta mengantar Huda ke sekolah. Guru guru menolakmu jadi muridnya, karena usiamu belum usia TK.Aku ingin sekali saat ini bertemu Bu Mien (Insya Allah dia beumur panjang) namun jika Tuhan sudah memanggilnya, mari Nak sama sama kita doakan Wanita baik hati itu.

Begitulah Nak, surat sederhana ini, o ya, kamu sudah punya rumah rumahan bukan, dan tentu saja boneka yang lucu. Sementara bermainlah dulu dengan boneka dan rumah rumahanmu, jangan nakal pada Bunda, dan tentu saja Mam yang banyak, biar tambah Ndwut...

Okeh sayang...

mmmuach...Love U... 

No comments:

Post a Comment