Wednesday 21 October 2009

Gamawan dan Kita yang Gelisah (sebuah ungkapan mangalasau)

Semua orang berkomentar ketika Gamawan dipanggil SBY ke CIkeas untuk diwawancarai dan dijadikan sebagai salah satu mentreri di kabinetnya. Ada komentar yang mendukung habis habisan, sekedar mendukung saja dan berucap selamat, ada yang optimis Gamawan akan berhasil namun ada juga sebaliknya yang bersuara keras menentang. Apalah kita ini, Presiden bukan, penguasa bukan. Gamawan jadi Menteri apa urusan kita, apa untungnya bagi kita kalau Gamawan jadi Menteri, ada dunsanak kita yang akan diajaknya masuk ke Departemen yang akan dipimpinnya itu atau sebaliknya ada dunsanak kita yang akan tercampak kalau Gamawan duduk disana.

Ini bukan soal sikap tidak peduli atau apalah namanya dalam bahasa Minang. Tapi mari bersikap biasa biasa saja, Gamawan jadi Menteri itu khan karena ada yang memilihnya dan sudah garis hidupnya pula bahwa pada Bulan Oktober ini dia dilantik jadi Menteri (Insya Allah).

Saya mau berbagi cerita sedikit di palanta ini, dulu sekali ketika masih bersekolah dengan celana merah sampai biru, setap bulan Maret setelah Suharto kembali jadi Presiden RI, banyak orang di Padang (waktu itu) bergeduru di depan TV untuk menonton Suharto yang mengumumkan nama nama pembantunya. Dan kita waktu itu mulai dengan catatan siapa nama orang Minang, peranakan Minang, minantu orang minang atau berbaun minang yang jadi Menteri. Begitu bangganya kita akan hal itu. Bersorak keliling rumah tanda senang ada juga orang minang yang jadi Menteri. Bagolak benar rasa hati jika orang minang atau berbaun minang itu jadi menteri setiap tahun bertambah. Sampai pada suatu waktu Tuan Gus Dur tidak memasukkan satupun nama orang minang duduk di kabinet. KIta mengerutu, menyumpah bahkan mencela Gus Dur. Gus Dur kita cap lupa akan sejarah dan tidak memahami faktor faktor keseimbangan etnis.

Obat luka dalam akibat "ditinggalkan" Gus Dur itu datang pada waktu Megaawati menggantikan Gus Dur. Pun kita dengan tanpa malunya ada yang menyebut bahwa Megawati itu ibunya berasal dari Minang yang merantau ke Bengkulu. Segala macam tali temali kita tautkan agar tersambung dan melegitimasi khayalan kita bahwa benarlah adanya Megawati itu beribukan wanita Minang yang merantau ke Bengkulu. Ada ada saja.

Tradisi orang Minang jadi Menteri terus terpelihara hingga kini. Setelah pada Kabinet IB jilid I nama orang Minang masuk dalam jajaran, kali ini pun kita beroleh berkah (kata sebagian orang) karena orang minang ada di dalam kabinet.

Sekarang mau apa kita orang luar ini. Saya menyebut kita orang luar karena bukan kita punya kuasa untuk mengiyakan atau juga meng-indak-kan keinginan SBY. Siapalah kita. Gamawan jadi Menteri Dalam Negeri, Patrialis, Nila A Moeloek, Uniang Linda, Tifatul Sembiring tentu ada untungnya bagi kita, paling tidak untungnya ada anak kemenakan kita, uda kita, adik kita yang jadi orang dan bisa keluar masuk istana. Kebanggan kata orang berbahasa indonesia. Soal dia berhasil atau tidak berdoa sajalah. Soal adanya tanggapan dari pengamat dia pantas atau belum pantas itu hak pengamat juga. Tentu mereka bicara ada dasarnya, atau ada referensinya. Yang menyebut Gamawan belum pantas tentu dari kacamatanya, dan sebaliknya juga begitu bagi yang menyebut Gamawan sudah pas untuk posisi itu, termasuk SBY sendiri.

Saya tidak hendak mendukung pilihan SBY atau juga menolaknya karena saya tidak memilih SBY, jadi sebagai orang kalah (karena saya memilih JK) saya tentu tau diri dan tidak mau campur dalam urusan ini. Lagipula siapa saya, saya mengenal SBY, tapi SBY itu benar yang tidak kenal saya. Ha ha ha...

Hikmah dari jadi jadi menterinya Gamawan adalah seperti kata Benni, terbuka kesempatan bagi kaum muda minang untuk ikut berpacu menuju kursi Sumbar 1. Dukung sajalah Gamawan itu jadi menteri baik untuk dia dan tentu baik untuk sebagian kita yang mendukungnya.

Saya cuma berharap, kita orang minang ini marilah berkaca pada masa lalu dan merencanakan sesuatu yang lebih baik dimasa depan dengan potensi dan realitas sumber daya yang ada. Minang ini sudah cukup lama terpuruk. KIta harus bangkit. kita harus berbenah agar tidak tergilas.

No comments:

Post a Comment