Tuesday 7 February 2012

Medan Haus Inovasi Pemasaran (Tribute To My Dream The Marketeers)




Topik ini saya angkat karena memang saya sangat gregetan melihat behaviour warga Medan yang "nyeleneh" untuk perbincangan kekuatan keunikan tentang Medan khususnya pemasaran usaha.

Hari ini saya berdiskusi dengan salah satu petinggi majalah MARKETEERS di Medan tentang trend usaha di kota Medan. Sambil ditemani oleh kawan-kawan konseptor program 1000 pengusaha Medan dan segelas melon blended milk midnitekopitiam kesukaan saya, perbincangan dimulai saat kita membahas kenapa pengusaha di Medan miskin inovasi dibandingkan pengusaha-pengusaha yang ada di Jawa.

Nah,berangkat dari beberapa kasus kecil seperti menjamurnya bisnis kedai kopi (contoh utama artikel ini). Ketika muncul pertama kali kedai kopi Kok Tong, maka 1 per 1 muncul pesaing yang sama persis dengan kopi Kok Tong, contohnya Republik Kopi, Kopi Tiam Ong , Oppal Coffee, Coffee Cangkir (pelayanan paling buruk yang pernah saya jumpai ), Ulee Kareng dan lain lain. Selidik punya selidik, ternyata dari beberapa contoh kedai kopi tadi hampir sama persis dalam hal penerapan strategi marketing khususnya diferensiasi pasar.

Saya sendiripun mengakui sebagai konsumen, dari beberapa merk kedai kopi tadi TIDAK ADA SATUPUN yang berani tampil WOW untuk strategi diferensiasi yang terintegrasi. Hanya ada beberapa kedai kopi di Medan yang memang menunjukkan nilai-nilai marketing betul-betul dijalankan itupun masih setengah hati.

Belum lagi dengan pelayanan yang ditunjukkan hampir memiliki pola yang sama. Maka Anda jangan heran, kalau Anda sebagai pelanggan minum kopi di kedai kopi yang ada di Medan, Anda akan disambut dengan raut muka sinis dari pelayan kedai kopi tersebut. Belum lagi Anda sebagai pelanggan bisa saja sakit hati karena (mungkin) baru pertama kali Anda di bentak-bentak oleh pelayan disitu (saya pernah dibentak oleh pelayan dengan cara yang kasar)lantaran Anda terlalu cerewet sebagai pelanggan. Mungkin belum lengkap rasanya jadi orang Medan kalau belum pernah dibentak oleh pelayan di kedai kopi atau dimanapun Anda berada di saat Anda sedang melakukan aktifitas bisnis. Walaupun tren "pelanggan adalah raja" mulai perlahan ditinggalkan, dan mulai menuju tren " pelanggan adalah mitra", alangkah baiknya jika jualan pertama kedai kopi tersebut adalah senyuman dan service yang memuaskan toh :)

Itu baru contoh kecil dari strategi pembeda di layanan pelanggan, belum lagi dari brand-brand kedai kopi yang semuanya hampir tak mampu menunjukkan eksistensi karena miskinnya inovasi pembeda yang begitu WOW di kota Medan. Itu masih contoh kasus kedai kopi, belum lagi kasus-kasus lain yang sebenarnya enggan saya ungkit (maklum,takut nyebut aib kota Medan jadinya)

Saya hanya bisa mengambil kesimpulan sementara (saya harap hanya sementara saja), kekuatan diferensiasi di kota Medan sangatlah kurang. Mungkin saja benih-benih inovasi masih belum dikembangkan di Medan. Bisa juga hal ini dikarenakan inovasi belum menjadi budaya sehingga membentuk karakter pembeda masih menjadi kendala.

Apa susahnya sih tampil beda yang WOW ? Jika Anda menyebut artikel ini sebagai opini, maka saya bangga menyebutnya : SMART

No comments:

Post a Comment