Sunday 5 February 2012

Kilas Pendidikan Indonesia 2011

" Pendidikan akan lebih efektif bila setelah selesai sekolah , setiap murid mengetahui betapa banyak yang mereka tidak ketahui dan berhasrat untuk mengetahuinya"
- William Halley



Awalnya saya agak canggung menulis tentang potret pendidikan di Indonesia, karena saya bukan praktisi pendidikan dan memang bukan ahlinya . Bukan berarti saya tidak peduli dengan pendidikan Indonesia toh :) Artikel ini hanya sebagai bahan obrolan ngopi di saat bercengkerama dengan teman cerdas Anda :)

Sudah bertahun-tahun saya jalani pendidikan formal di Indonesia. Mulai dari masa TK sampai masa kuliah sudah saya jalani. So, yang menjadi pertanyaan besar bagi saya adalah kenapa Indonesia tidak mampu menyaingi pendidikan seperti di luar negeri?

Kalau kita berbicara tentang pendidikan, maka tidak terlepas dari rancangan sistem pendidikan. Sistem pendidikan sudah berjalan. Nah, silakan lihat bagaimana sistem pendidikannya berjalan. Tidak maju-maju toh ?

Menurut data yang saya peroleh, pada tahun 2011 indeks pendidikan Indonesia yang semula pada peringkat 65 di tahun 2010, merosot ke posisi 69 di tahun 2011 (Baca Kompas ). Padahal alokasi APBN untuk sektor pendidikan di tahun 2011 sudah mencapai Rp249 triliun (20% dari total APBN 2011). Yang menjadi pertanyaan, sudah terpenuhinya anggaran sebesar itu kok terasa pendidikan kita masih kalah jauh dengan negara tetangga ya ?

Saya tidak akan membahas panjang lebar tentang data-data pendidikan Indonesia, karena artikel ini bukan untuk membahas itu, tapi menelaah kembali bagaimana model pendidikan yang lebih baik secara lebih sederhana ala blogger yang sukanya "ngopi" di kafe seperti saya :P

Terlepas dari banyaknya mafia -mafia yang akan menggerogoti dana pendidikan sebesar itu, kita melihat contoh dari negara Korea saja bagaimana mereka mengatur pola pendidikannya (saya ambil contoh negara Korea Selatan karena mereka pernah mengalami kondisi pendidikan yang sama seperti yang kita rasakan sekarang)

Dalam hal tenaga pengajar (guru), mereka menerapkan seleksi yang sangat ketat. Mulai dari harus tamatan universitas pilihan pemerintah, harus memenuhi standar penilaian kelulusan yang bisa dibilang tinggi, dan memang dari peminat yang betul-betul ingin menjadi PENGAJAR. Setelah lulus, maka para guru ini dilatih se-efektif mungkin untuk memberikan pembelajaran kepada anak muridnya. Silakan bandingkan dengan di Indonesia, saya no comment :)

Tidak tinggi gaji guru disana, masih standar besaran gajinya untuk kehidupan di Korea. Tapi mengapa akselerasi pendidikannya jauh lebih cepat ketimbang di Indonesia? Yup, mereka mulai dari hal yang mendasar terlebih dahulu, yaitu "membereskan" guru-guru sekolah dasar (SD)nya terlebih dahulu. Maka jangan heran jika gaji guru SD disana jauh lebih tinggi dan proses seleksinya jauh lebih ketat, jauh lebih prestise ketimbang menjadi guru sekolah menengah.

Selain itu, menjadi guru SD merupakan kehormatan tersendiri bagi pelakunya karena sudah tertanam bahwa STATUS menjadi guru SD pasti lebih dihormati disamping memang guru SD disana jauh berkualitas dan memahami betul makna pendidikan sesungguhnya. Lagi-lagi, semua itu terjadi lantaran dukungan penuh pemerintah beserta rakyatnya.

Memang pendidikan harus dibenahi sejak awal, maka guru SD lah yang menjadi ujung tombak yang sebenarnya memiliki tanggung jawab SUPER BERAT agar setelah tamat SD, lulusannya sudah tertanam arti pendidikan yang sebenarnya hingga ke jenjang pendidikan selanjutnya dan menjadi manusia yang seutuhnya.

So, walaupun dana alokasi APBN untuk pendidikan sudah mencapai 20%, toh tidak menjamin pendidikan akan menjadi lebih baik (hal ini juga sekarang terjadi di negara-negara maju) . Memang kita harus membangun brand bahwa guru SD memiliki tugas yang sangat mulia karena dari merekalah awal keberhasilan menghasilkan lulusan yang seperti saya harapkan dan segenap rakyat Indonesia harapkan.

Benahi penyeleksian guru SD, didik para calon guru SD ini menjadi pengajar tangguh. Bangun status guru SD menjadi strata yang begitu dihormati dan dicintai oleh masyarakat, maka kita sanggup mengejar ketertinggalan pendidikan.

Anda siap? :) Yuk kita berdiskusi bersama di kedai kopi :)

No comments:

Post a Comment