Wednesday 25 May 2011

Demam Film Korea

Entah kenapa akhir-akhir ini teman-teman di HMI cabang jogja lagi demam film Korea. Yang paling akhir film Korea yang cukup romantis, judulnya Love Story in Harvard. Jujur film ini bikin serak-serak basah dan termehek-mehek.. hahahaha

Film ini menceritakan kisah cinta antara seorang mahasiswa hukum di Harvard dengan seorang mahasiswa fakultas kedokteran di universitas yang sama. Singkat cerita hubungan cinta mereka terus di warnai kisah romantis dan konflik. Sang wanita yang merupakan mahasiswa kedokteran mengidap kanker sehingga harus dilakukan transplantasi sumsum tulang. Akhirnya sepasang kekasih ini hidup bahagia.

entah kenapa nonton film ini pingginya sekali nonton harus selesai supaya puas. hehehe..
Lain ceritanya dengan King bakery alias Bread Love and Dream. Ini film juga penuh sensasi sampai harus sewa film di rental.

Ada lagi film korea yang romantis abis ga?? Rekomendasikan duunk.. :P

Kok tidak ambil spesialis..??

Sekali lagi, pertanyaan itu selalu muncul ketika berinterkasi dengan orang baru di lingkungan tempat tinggal. Yang terakhir berbicara adalah Pak HS (pembimbing tesis master di UGM). Bukan hanya sekali dan dua kali ini, hampir semua orang yang ku temui selalu bertanya seperti itu, mulai dari teman kuliah, teman-teman di HMI dan bahkan dosenku di kampus. Dalam hati aku hanya bisa menjawab dengan nurani bahwa saya sebenarnya juga pingin ambil spesialis namun terkendala dengan finansial.

Walaupun lisan ini berkata diplomatis, "ingin mencari tantangan baru" ini semua merupakan kiasan lisan yang mengabaikan teriakan hati. Sesungguhnya memang ada niat dari dalam hati untuk melanjutkan spesialis namun apa daya hidup adalah pilihan. Kita di tuntut untuk berani mengambil pilihan diantara banyak pilihan yang cukup sulit. Dibutuhkan keberanian untuk berani bersikap dan bertindak.

Mungkin untuk saat ini cita-cita itu sulit untuk di capai, namun saya hanya bisa berdoa supaya nanti anak-anakku dapat melanjutkan cita-cita ku yang sempat tertunda walaupun sebenarnya pintu untuk spesialis masih terbuka melalui beasiswa depkes atau dikti namun ikatan dinas yang cukup mengekang membuat semuanya menjadi sulit. Memang hidup adalah pilihan. Saya coba menjadi pakar kesehatanh kerja dengan cita-cita membuat konsultan K3 di Industri. Sampai usia 30 tahun belum juga mapan mau tidak mau banting stir ambil spesialis. Bismillah semoga Alloh selalu meridhoi niat baik hamba. Amien..

Tuesday 17 May 2011

Ini bukan aku..

Setelah satu tahun lebih lulus dokter, (Alhamdulillah Ya Alloh) kadang kala sempat tersirat dalam sanubari terdalam bahwa aku yang sekrang adalah bukan jiwaku yang dulu. Ketika akhir koass sudah merasakan jadwal praktek pertama kali di Rumah Sakit Swasta di Wates hingga menjelajah sampai ke RS. bhayangkara. Semuanya dilalui tanpa sedikitpun mengenal kata lelah karena semangat yang membara. Boleh dikatakan tiada hari tanpa praktek. Sebenarnya tubuh ini terasa lelah jiwa ini terasa jengah dengan keadaan. Hingga suatu waktu, ketika praktek di kantor Pos termenung terdiam melihat diriku yang sesugguhnya.

Dalam hati diam sanubari ini berbisik, Ini Bukan Diriku. Diriku yang dulu aktif di kampus baik kegiatan intra di DPM maupun ekstra di HMI pudar seketika ketika menghadapi dunia yang sesugguhnya telah mencetak profesi saya sekarang ini.

Renungan yang dalam inilah yang kemudian menjadi titik balik bahwa saya harus kembali ke khittah semula. Saya kehilangan dunia saya dengan jadwal praktek yang sangat padat dan melelahkan. Saya harus masuk dari satu rumahs akit ke rumah sakit yang lain, dari satu balai pengobatan ke balai pengobatan yang lain. Bahkan saya menginstilahkan hanya punya dua pintu yaitu pintu rumah dan pintu rumah sakit.

Dalam hati bertanya, kemana tradisi membaca buku ku seperti dahulu? kemana tradisi diskusi seperti dahulu? Ilmu medis sudah saya dapatkan walaupun masih jauh dari sempurna. Namun, ilmu sosial yang membentuk idealisme dan komitemen ketangguhan diri dalam dunia kerja pudar. Karena menurut saya, nilai-nilai universalisme dalam dunia sosial sangatlah luas tak terbatas ruang dan waktu, tanpa menggunakan alat dan metode yang rumit. Cukup dengan analisa tajam dan intelektual yang runcing sehingga mampu memiliki analisa sosial yang akurat.

disela-sela kesibukan aktif di HMI, masih sempat untuk praktek (hanya satu tempat praktek) dan juga kuliah magister di FK UGM. saya perlu HMI untuk mencetak menjadi Insan Ulil Albab, disana banyak nilai-nilai profetik yang secara tidak sadar mengalir dalam setiap kegiatan dan aktivitas. Hela nafas di HMI menawarkan kesejukan intelektual, degub jantung di HMI menawarkan ketenangan jiwa. Akhirnya saya simpulkan bahwa saya harus kembali ke khittoh semula. Sayam kurangi jadwal praktek agar memiliki waktu lebih untuk membaca buku, diskusi dan datang dari satu pengajian ke pengajian berikutnya.

Saya sadar bahwa diri saya bukan manusia sempurna seperti yang orang pernah lihat dari kulit luarnya. sehingga saya pribadi masih perlu memperbaiki diri dari hari ke hari.

Secara naluriah, saya seorang dokter yang juga memiliki keinginan untuk melanjutkan spesialisasi di bidang kedoktera. Namun saya juga berfikir, jika semua masuk ke ranah keahlian lantas siap yang akan memperjuangkan nasib dokter dan tenaga medis dalam sistem kesehatan menghadapi globalisasi nantinya. memang saya juga mengakui bahwa dunia medis banyak di kritik habis-habisan oleh pihak luar yang tidak mengetahui sistem. Mulai dari mahalnya harga obat, hingga pelayanan yang tidak prima semua di keluarkan seolah-olah kapitalisasi medis menjangkit hingga ke grass root.

Banyak hal sebenarnya yang harus diperbaiki dalam sistem. Sehingga saya coba menekuni bidang kedokteran sosial untuk membantu rekan-rekan dalam menghadapi tantangan sosial dalam era serba semerawut ini. Mungkin ini hanya alibi karena saya pribadi tidak memiliki kesempaan yang sama untuk melanjutkan bidang spesialisasi. tapi inilah fakta hari ini bahwa saya hadir untuk mampu manjawab tantangan zaman, Insya Alloh. Amien..

Sunday 8 May 2011

Sebuah konspirasi besar apa lagi ini...????

Seminggu ini, media cetak dan elektronik di Indonesia, bahkan seantero dunia membicarakan tentang kematian Osama bin laden. Sekilas nama pimpinan tertinggi Al Qaeda itu mirip dengan nama depan pemimpin Amerika, Obama. Muncul perasaan curiga, apakah mereka bersaudara??
Lupakanlah urusan itu, tidak penting untuk dibahas di forum ini..

Kematin Osama yang menurut versi Amerika di tembak mati di wilayah Abbotabad, negara Pakistan memunculkan spekulasi tentang kematian Osama. Apakah betul yang dibunuh itu adalah Osama atau itu hanya tipu daya Amerika saja untuk mencari sensasi dunia international.
Bahkan dalam hati kecil ini sebenarnya penuh tanya apakah betul Osama itu adalah pejuang harakah penegak Islam yang datang melalui teror demi teror? Ataukah dia sebenarnya merupakanb alat untuk melegitimasi kekuasaan Amerika atas dunia arab dan memunculkan skeptisisme pada dunia Islam.?

Muncul berbagai macam spekulasi tentang Osama yang merupakan alat intelegen Amerika dalam politik minyak dunia Arab. Osama yang merupakan kader didikan Amerika karena pernah mengenyam pendidikan di Amerika dan pernah membantu Amerika dalam berperang melawan Uni Soviet periode tahun 1980. Namun berbalik 180 derajat menyerang Amerika ketika terjadi invasi tentara Amerika di dunia Arab, khususnya Kuwait ketika itu.

Dunia ini merupakan sandiwara dengan aktor laga yang memukau banyak pemirsa. Dengan sutradara dan produser yang handal mengatur jalan peran dengan aktor laga yang selalu berubah-ubah. Rakyat jelata hanya menjadi korban mesin dan mesiu sebagai tumbal peradaban dan teknologi yang menghancurkan dimensi kemanusiaan. Teringat apa yang dikatakan oleh Erich Fromm dalam revolusi pengharapan, bahwa mesin dan teknologi yang digunakan harus dapat memanusiakan manusia.

Terlepas dari spekulasi yang berkembang, terorisme masih merajalela dan justru akan tumbuh subur di muka bumi. Pengganti Osama yang seorang dokter ahli bedah, Ayman Al Zawahiri (Kita juga tidak tahu apakah Ayman juga merupakan antek koloni Amerika) siap meneruskan perjuangan atas nama jihad.

Biarkanlah skenario ini berjalan seperti apa adanya, kita juga tidak mampu merubah tatanan global saat ini karena kita tidak punya daya, yang tersisa hanya puing-puing intelektual dengan independensi membara. Biarkanlah produser menyusun dan membingkai aksi demi aksi untuk mencapai tujuan yang ingin mereka dapatkan. Semangat!! Salam perjuangan..

Tesis.. Oh, Tesis..

Tesis oh tesis.. sudah sekian lama bergelut dengan dunia tesis tapi belum juga ada jawaban..
Hmm.. udah pembimbing pergi ke Belanda sampai kapan balik ke Jogja masih dubia..
Ya Alloh berilah hamba kemudahan menjalankan tesis, beri pencerahan dan bukalah hati perusahaan C ya Alloh agar bisa menerima tesisku..
Memang semua ini salahku, terlalu lama menyelesaikan proposal sehingga membuatnya menunggu dan menunggu.. Tapi.. Pahamilah menyusun tesis itu tidak mudah, kita harus mengutak atik kata demi kata untuk mencari kombinasi yang tepat..

Setelah kemarin disetujui eh ternyata si perusahaan mutung.. udah dibujuk dan di jelaskan alasan rasionalnya masih juga belum ada kabar .. (Padahal udah masukin contoh praproposal supaya dipelajari dulu)..

Ya Alloh, semoga minggu ini sudah ada progres sehingga dapat menyelesaikan amanah yang padat ini.. Saking padatnya memang harus ada yang dikorbankan, daftar tutor di kampus FK harus aku kesampingkan dulu untuk dapat menyelesaikan tesis dan khususnya amanah di HMI.. (PPU butuh tambahan personil niich.. :P)..

Ya Alloh, sunggih jiwa ini adalah jiwa anafsul muthmainnah, jiwa yang dekat dengan kesucian ruh untuk kembali kehadapan MU dengan suci. Berilah petunjuk Mu kepadaku untuk yang kesekian kalinya.. Sungguh nikmat Mu terasa sangat berlimpah yang telah Kau berikan padaku.. Tak terhitung jumlahnya, namun hamba sadar bahwa hamba sering lalai..

Ya Alloh, padamu aku bersandar dan berserah..