Monday 25 August 2008

Aku masih disini

Aku masih disini, setia dengan kesendirian, kekosongan.
Kambuh....

Sakit di kaki dan bahu ini kambuh lagi..

Tuesday 5 August 2008

Chat With Pien

sweet_pien: kok dipajang lagi sich foto tato itu
sweet_pien: >:)
sweet_pien: X-(
sweet_pien: :x
sweet_pien: bro

belalang178: ya
sweet_pien: ada tawaran menarik nich
belalang178: darimana
belalang178: eh Pien
belalang178: abang ngirim testimoni ya 
belalang178: kalau bisa dimuat di Padek

sweet_pien: testi?
belalang178: bukan testi di FS
belalang178: testi tulisan di koran
belalang178: untuk IJP

sweet_pien: mana?
belalang178: bentar dong
belalang178: masih nyelesain

sweet_pien: ada tawaran nich
belalang178: tawaran dari mana
belalang178: pindah

sweet_pien: memback up fasli
belalang178: di Jakarta
belalang178: jangan deh
belalang178: statusnya apa
belalang178: Jakarta kalah bersaing ma wartawan lain

sweet_pien: kontributor n back up cari iklan
belalang178: dan porsi berita tuk sumbar juga nggak banyak
belalang178: jangan

sweet_pien: inipun kalau berminat
belalang178: tetap di Padang aja
sweet_pien: kalo gak, kita cari yang lain
belalang178: itu namanya pien di lemparin keluar dari Padang
belalang178: itu taktik di Padek
belalang178: suruh aja cari sendiri

sweet_pien: bukan
belalang178: kok malah pien yang nyari
sweet_pien: dirimu yang ditawarin
sweet_pien: mau gak?

belalang178: hah
belalang178: ha ha 
belalang178: kenapa hrs ke diriku
belalang178: ide gila siapa itu

sweet_pien: saya dan bang very
sweet_pien: maaf kalo terkesan gila

belalang178: alasannya apa
belalang178: apa kata dunia nanti

sweet_pien: karena kinerja fasli turun
belalang178: karena statusnya juga ngga jelas kali..?
belalang178: perjelas aja status fasli

sweet_pien: n juga mau cari omzet tambahan 
sweet_pien: apalagi zamn politik
sweet_pien: banyak caleg yang bisa digarap untuk buat iklan n pariwara

belalang178: sebenarnya sih kalau Fasli mau itu bisa dilakukan
belalang178: abang pernah bilang hal itu ke Eri dan teman teman lain di Padnag

sweet_pien: bisa gak nggak ngomongin bang fasli dulu
belalang178: oke oke
sweet_pien: kita lagi ngomongin abg
belalang178: :D
sweet_pien: karena kami berdua dah ngadep pak cici, n pak zaili
belalang178: diriku tersanjung...:D
belalang178: lalu..?

sweet_pien: trus tadi, mereka kasih lampu hijau
sweet_pien: katanya. biasanya Padek mengharamkan orang yang sudah keluar, untuk direkrut lagi

belalang178: amat sangat haram
sweet_pien: tapi untuk kasus ini, bisa dinegosiasikan
belalang178: ha ha 
sweet_pien: asal....Kata pak cici
belalang178: asal apa
sweet_pien: dirimu bisa capai target
belalang178: target apa
sweet_pien: visi bisnis, karena banyak yang bisa digarap momen pemilu ini
sweet_pien: n juga bantu pemberitaan iklan
sweet_pien: n juga liputan tentunya
sweet_pien: masalah gaji, rencana juga dibicarakan
sweet_pien: namanya kontributor jakarta
sweet_pien: tertarik?
sweet_pien: kalo gak, ya rencana, kita mau cari orang lain di jakarta

belalang178: deadlinenya kapan..?
sweet_pien: karena banyak yang digarap disana
belalang178: banyak sih
belalang178: yang penting kreatif

sweet_pien: belum lagi DPD
sweet_pien: belum lagi caleg RI
sweet_pien: apalagi iklan2 parpol
sweet_pien: bisa 1 halaman
sweet_pien: wuuiiihh...Komisinya gede loch

belalang178: pien
belalang178: ini soal kepastian

sweet_pien: bukan kepastian dari dirimu
sweet_pien: apa mau atau tida

belalang178: bagi abang bekerja kembali ke padek tentu jelas hrs ada kepastian 
belalang178: status

sweet_pien: itu aja
belalang178: gaji dan lain aja
sweet_pien: makanya kalau bersedia, kita bicarakan lagi sama pak zai n pak ci
belalang178: makanya tadi abang tanya..
belalang178: deadlinenya kapan...? dan bagaimana dengan Fasli

sweet_pien: ya...
sweet_pien: kesempatan gak datang dua kali bang

belalang178: betul
sweet_pien: selagi, mereka membuka lampu hijau
belalang178: dulu mereka berdua yang mencampakkan diriku
sweet_pien: biasanya mereka gak mau
belalang178: menghinakan serendah rendahnya
belalang178: gini aja
belalang178: abang bisa terima

sweet_pien: bang 
belalang178: namun statusnya temporer
sweet_pien: semuanya juga
belalang178: bukan organik
belalang178: karena abang juga ada project lain
belalang178: riset dan penelitian
belalang178: trus di ADKASI
belalang178: abang bisa bantu Fasli 

sweet_pien: makanya abang dikasih target
belalang178: tuk kontributor berita
belalang178: nyari pariwara

sweet_pien: dalam 3 bulan
belalang178: atau lain sebagainya
belalang178: tapi statusnya temporery

sweet_pien: iya
belalang178: abang nggak mau permanen
sweet_pien: itu semua bisa dibicarakan
sweet_pien: memang gak nyari yang permanen

belalang178: dan abang mau ada kejelasan 
belalang178: soal komisi, soal tugas dan fungsi
belalang178: gitu aja

sweet_pien: semuanya berawal dari kebersedian n bisa memenuhi target
belalang178: karena dirimu yang meminta
belalang178: aku minta waktu satu hari ini
belalang178: bicara dengan istri
belalang178: bicara dengan diri sendiri
belalang178: dan memahami keadaan
belalang178: karena keputusan tidak serta merta membuat keniscayaan

sweet_pien: kalau abang bersedia
sweet_pien: nanti kita bicarakan step kedua
sweet_pien: termasuk yang tadi
sweet_pien: aku diburu waktu bang....
sweet_pien: karena aku diminta cari yang lain
sweet_pien: kalau dirimu g bersedia
sweet_pien: n dalam minggu ini aku, harus menyuguhkan 1 nama
sweet_pien: ok
sweet_pien: kapan kasih jawaban

belalang178: dan boleh bertanya..?
belalang178: kenapa dirimu dan oktaveri tiba tiba mengajukan nama seorang lelaki nista dan pernah dinistakan oleh Padang Ekspres ini

sweet_pien: gak usah dibahas
sweet_pien: ok
sweet_pien: pertanyaannya juga gak enak
sweet_pien: gak bisa dikunyah
sweet_pien: pahit

belalang178: jawab aja
belalang178: karena jawaban akan memberikan jawaban seketika

sweet_pien: maunya jawaban apa
belalang178: sederhana dan simpel saja 
belalang178: kenapa
belalang178: kalian mengajukan BLP

sweet_pien: karena dia ada di jakarta
sweet_pien: karena kami sudah tau sikapnya
sweet_pien: karena dia punya link

belalang178: yang mencuri uang iklan
sweet_pien: karena dia sudah tau kebutuhan padek
sweet_pien: karena dia sudah tau kesalahan

belalang178: yang memakai uang iklan tuk bayar ambulan mayat neneknya tanpa persetujuan bos besarnya
belalang178: hallah..basi..!!!

sweet_pien: karena dia tau konsekwensi
belalang178: perih 
belalang178: kalau mengingat itu pien

sweet_pien: tadi minta jawaban
belalang178: nista 
belalang178: hina
belalang178: dan tercampakkkan sekali rasanya

sweet_pien: kok dipotong sich
belalang178: oke
belalang178: aku terima tawaran itu
belalang178: aku bisa bantu

sweet_pien: kalau dibahas2 lagi bang,,,gak ada habisnya
sweet_pien: makanya aku gak mau 

belalang178: ini bukan soal kesempatan kedua
belalang178: karena ini soal harga diri

sweet_pien: aku lagi butuh logika
sweet_pien: sorry

belalang178: aku harus membersihkan diriku disana
sweet_pien: perasaan saat ini aku kesampingkan
belalang178: yang pernah dihinakan dengan sangat keji 
belalang178: aku terima ini demi harga diri yang pernah terkoyak disana

sweet_pien: karena kalau mau bahas itu, semuanya juga pasti angkat bicara
belalang178: mereka semau menuduhku
belalang178: mempenjarakan diriku
belalang178: aku bantu iklan, pariwara dan pemberitaan 

sweet_pien: maaf
sweet_pien: aku hanya menangkap iya saja
sweet_pien: yang lain gak masuk dalam tawaran
sweet_pien: nelp ya??
sweet_pien: kalau nanti ada kawan di jakarta
sweet_pien: yang lain
sweet_pien: kasih tau
sweet_pien: soalnya kita juga butuh yang iklan
sweet_pien: aku harus butuh dalam minggu ini nama itu

Silahkan nilai sendiri...untuk sementara aku butuh waktu tuk berbegosiasi dengan diri sendiri


IJP Selemat Menempuh Hidup Baru

Dalam kereta listrik yang mengantarkan saya pulang dari kantor di kawasan Cikini Menteng ke Depok pekan lalu, telepon genggam saya berbunyi memberitahukan ada panggilan masuk dari keluarga dekat. Segera saya membukanya dan melihat nama analis politik CSIS Indra Jaya Piliang memanggil. Saya segera menjawab, maklumlah ini pasti ada kabar dari keluarga kepada kerabatnya yang lain. Setelah berbasa basi menanyakan keadaan dan sedang berada dimana, saya segera mendapatkan permintaan Indra untuk mau bertemu keesokan harinya di sebuah warung minum teh di kawasan Senopati Jakarta Selatan. 

Secara hirarki kekeluargaan, memang saya berada satu generasi diatas generasi IJP, saya adalah adik ibunya Indra dari nenek kami yang sama, namun secara hirarki profesi, IJP adalah atasan saya di Yayasan Harkat Bangsa Indonesia Centre yang dulunya bernama YHB Centre. IJP adalah Direktur Eksekutif sementara saya hanyalah staf dengan posisi semenjana di LSM penelitian tentang politik, otonomi daerah dan parlemen lokal itu. 

Jadilah keesok harinya saya, dan IJP bertemu dengan beberapa staf peneliti YHB lainnya, ada ES Ito yang pengarang buku laris manis Negara Kelima dan Rahasia Mede, dan beberapa saat juga datang peneliti politik LSI Miftah N Sabri serta beberapa teman lain.

Pokok pembicaraan kami adalah IJP secara resmi mengumumkan kepada YHB Indonesia bahwa ia akan segera mengakhiri kesehariannya sebagai peneliti/analis politik dan perubahan sosial di tanah air untuk kemudian menjadi seorang politisi. “Ambo nio jadi caleg dan partainyo alah ado,” begitu kata IJP kepada saya siang itu. 

Kontan pernyataan yang tiba tiba ini membuat saya kaget, apa kata dunia nanti jika seorang IJP yang selama ini memakai jaket netral dan menjadi komentator pertandingan politik kini malah berubah menjadi pemain politik, tentu ini sebuah berita besar dan sudah barang tentu membuat dunia ilmuan politik menjadi kehilangan seorang analis yang tajam, dengan komentar dan pernyataan yang berani.

Memang, menjadi pemain politik sebenarnya bukan hal baru bagi IJP, pada tahun 1998 lalu, ketika Amien Rais dan bersama aktifis gerakan pro reformasi lainnya mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN), IJP sudah masuk sebagai fungsionaris di partai itu meski kemudian pada tahun 2001 ketika Kongres PAN ia bersama Faisal Basri dan beberapa nama lainnya menyatakan keluar dari PAN karena alasan perbedaan pandangan.  

Dalam rentang waktu hampir sewindu lamanya IJP kemudian lebih dikenal sebagai analis politik/perubahan sosial dan orang yang sering dimintai komentarnya tentang situasi politik dan pemerintahan baik oleh media cetak maupun elektronik. 

Bagi saya ketika berbicara dan bertanya kepada Indra apa yang membuat ia kemudian memutar haluan hidupnya dari seorang analis politik ke politisi, dari pengamat ke pemain dan dari pinggir lapangan ke dalam lapangan. Ia hanya menjawab singkat, bahwa sudah saatnya ia masuk ke gelanggang politik. 

Saya jadi ingat tulisan yang tidak sempat saya kirimkan ke media massa, tentang tantangan saya kepada cendikiawan muda untuk berpolitik. Meski sebelumnya sudah ada Rama (Pratama-pen), Anas (Urbaninggrum) dan banyak nama lainnya.

Namun bagi saya sinyal yang dikirim oleh Rama dengan berhasil menaklukan DKI Jakarta pada pemilu legislatif tahun 2004 lalu, serta sinyal kuat lainnya dari Anas yang menjadi bagian dari partai pemerintah tidak serta merta merubah keinginan anak muda lain untuk berpolitik. Stimulasi serupa juga dilakukan oleh bukti otentik penentang Orde Baru Bung Budiman Sudjatmiko dengan memulai dari organisasi sayap PDI-P dengan REPDEMnya. 

Saya kira, Indra telah memberi sinyal lain kepada kaum intelektual muda untuk mau terjun ke politik praktis dengan menggunakan kendaraan partai politik. Jika Fadjroel Rahman, Ratna Sarumpaet, Rizal “Celly” Malarangeng memilih untuk mengajak kaum muda untuk maju secara sendiri-sendiri, namun tidak demikian dengan Indra. Tanpa partai politik saat ini, keniscayaan akan terpilih masih jauh dari harapan. 

Partai (menurut hemat saya) masih menjadi alat untuk mencapai kekuasaan. Saya juga tidak hendak mematahkan semangat sebagian calon indipenden yang saat ini tengah berlaga di pilkada langsung khususnya di Padang bahwa tanpa partai mereka tidak akan ada apa apanya. Namun berpartai saat ini adalah solusi untuk itu yang masih cukup ampuh.

Hari ini atau tepatnya pagi ini Indra akan menyampaikan pidato politik pertamanya sebagai seorang politisi. Untuk kemudian Indra tidak lagi kita sebut sebagai IJP yang peneliti politik atau orang CSIS, namun Indra atau IJP yang politisi Partai Golkar. Indra juga menyebutkan konseksuensi dari pilihannya tersebut. 

Saya pernah bertanya kepada Indra, kenapa kendaraan politiknya Golkar, kok tidak partai lain semisal kembali ke “rumah” PAN, atau ke PBB karena secara historis dan emosional kami sekeluarga lebih dekat ke Masyumi yang bereinkarnasi dalam bentuk PBB, atau ke partai politik baru yang lahir sebagai alternative dari partai politik lama. Indra hanya menjawab bukankah sudah membaca hasil hasil survey dari lembaga lembaga survey terkemuka. Selain itu, dibalik ini semua, ada aktor lain yang memasukkan Indra ke Partai Golkar. 

Indra dalam pidato politiknya yang dibacakan hari ini dan saya diberi kehormatan untuk membacanya lebih dahulu bersama Benny Innayatullah peneliti politik dan perubahan di The Indonesian Institue dan ES Ito serta Miftah di YHB Indonesia menyebutkan nama nama seperti Prof.Dr.Azyumardi Azra, dan Prof.Dr.Djohermansyah Djohan mempunyai andil dalam memasukkan nama namanya kedalam Partai Golkar. 

Hari ini, kabar telah sampai ke gelanggang, Indra sudah mengikatkan dirinya pada Partai Golkar, dan saya berharap ini adalah “pernikahan” terakhir Indra dengan partai politik. Cukuplah ia menghabiskan sisa umur politiknya dan menjalani hari hari demi dengan partai ini. 

Ketika alasan sudah dipaparkan oleh IJP, dukungan dari ranahminang seperti shalat mencari imam, tak ada yang perlu menggugatkannya. Justru dengan doa restu yang tulus. Seorang anak nagari yang berangkat lagi ke Jakarta sana membawa sekeranjang harapan dari daerah…  
Akhirnya saya mengakhiri tulisan ini dengan mengucapkan, selamat menempuh hidup baru pada Indra Jaya Piliang. Politisi yang lahir dari rahim reformasi.