Tuesday 21 February 2006

Bahasa Minang...



Malu menjadi (Mengaku sebagai) orang Minang....??? ini pertanyaan dan sesekaligus sebuah ledekan...ini pengalaman menarik..beberapa waktu lalu aku berdiskusi dengan Rudi tentang penggunaan bahasa Indonesia pada anak anak Minang sekarang ini...

Di Padang, Bukittinggi, dan dimana-mana ( hampir di seluruh pelosok Minangkabau) saat ini sedang maraknya dilakukan percakapan dengan menggunakan bahasa Indonesia (meski dengan logat Minang yang kental)...

Penggunaan kalimat dalam percakapan itu juga masuk keseluruh dimensi coversasi di rumah..mulai dari makan, hingga aktifitas harian lainnya.

Aku jadi ingat Bang Il...seorang famili yang sudah pernah hidup di beberapa belahan dunia..anak-anak Bang Il diajarkan atau tepatnya diwajibkan untuk selalu berbahasa Minang dimanapun mereka berada...

Bang Il...meminta anaknya untuk tidak memanggilnya dengan sebutan Papa atau Mama pada Ia dan isterinya...namun menetapkan panggilan Ayah dan Ibu pada mereka berdua..

Begitu juga di sulung yang lelaki tidak dipanggil abang oleh adiknya yang cewek nomor dua, namun tetap dipangil Uda..dan Uni untuk panggilan anak perempuan...

Sebuah sikap yang kontras sekali dengan kebanyakan anak-anak di sini yang memanggil orang tua mereka dengan sebutan Papa dan Mama...

Dulu di rentang tahun 1998-2001 aku pernah mengecap tinggal dirumah Dr Mochtar Naim..seorang sosiolog Islam yang terkenal di Minangkabau...dirumahnya...Doktor sosiologi itu dipanggil dengan sebutan Daddy oleh anak-anaknya...dan Mommy jika sang anak memanggil Ibu Asma Naim isteri beliau...

Wajar..kalau aku berpandapat...karena Mochtar membesarkan anak-anak mereka di negeri Paman Sam dan Singapura...namun maaf, ini justru tidak tepat dengan keseharian Mochtar yang dikenal sebagai sosiolog Islam dan Minang yang menulis disertasi tentang budaya orang Minang sendiri...dan banyak pula mengomentari tingkah polah oang minang baik di kampung halaman maupun di rantau

Dirumah kepada Icha, Diah dan Ella kami justru sedang giat-giatnya mengajarkan mereka untuk berbahasa Minang bahkan bahasa asli kami Pariaman...agar mereka tahu dan mengerti dengan bahasa leluhur mereka...biarlah di sekolah mereka berbahasa Indonesai di sekolah dengan gurunya...dan berbahasa Pariaman dengan kami di rumah...

Agak sulit..karena ketika mulai belajar bicara Icha dan Diah justru tinggai di Tanjung Balai yang kental berbahasa Melayu...

No comments:

Post a Comment